Apakah mahasiswa di Indonesia sudah memilih jurusan kuliah yang sesuai dengan minatnya? Ini kira-kira pertanyaan yang muncul di benak saya ketika sedang memikirkan sebuah topik penelitian. Dan ketika saya mencari tahu informasi ini melalui mesin penelusuran Google, nampaknya belum ada yang meneliti ini. Cukup menarik, penelitian ini dasar sekali namun ternyata belum ada yang melakukannya. Maka ketika ada salah seorang mahasiswa bimbingan skripsi saya ingin meneliti tentang psikologi pendidikan, saya tawari topik ini. Kami berdua melakukan penelitian “payungan”. Saya meneliti secara deskriptif mengenai kesesuaian minat dan pilihan jurusan kuliah, mahasiswa saya meneliti dampak dari salah jurusan terhadap kesejahteraan akademik. Ini seru.
Dan sebagai diseminasi hasil penelitian saya, tanggal 10 dan 11 Januari kemarin saya baru saja dari kota Purwokerto, Jawa Tengah, untuk mengikuti International Seminar on Psychology 2020 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Saya senang sekali ketika bisa kembali mengunjungi Purwokerto, kota kecil dengan suasana tenang yang membuat saya rindu untuk kembali.
Lalu bagaimana dengan hasil penelitian tersebut?
Partisipan sebanyak 300 orang saya kumpulkan dari berbagai mahasiswa di kota Jakarta. Mengapa Jakarta? Pertama, saya tidak memiliki sumber daya untuk mengambil data dari seluruh Indonesia, sehingga lingkup penelitian saya perkecil menjadi satu wilayah tertentu saja. Kedua, saat ini Jakarta adalah “simbol” dari Indonesia di mata internasional, sehingga fenomena psikologis yang terjadi di Jakarta bisa menjadi bahan refleksi bagi daerah lainnya di Indonesia. Ketiga, banyak mahasiswa dari daerah lain yang merantau untuk kuliah di Jakarta sehingga data yang diperoleh juga bisa lebih heterogen.
Setiap partisipan saya minta untuk mengisi tes SDS Holland yang mengukur minat seseorang. Saya kemudian menginterpretasikan hasil tes Holland tersebut sesuai dengan kaidah pengujian minat (Holland code). Hal ini bukan pekerjaan yang terlalu sulit, karena sebelumnya saya pernah bekerja di sebuah biro psikologi dan banyak melakukan tes bakat minat untuk pelajar. Setelah saya memeroleh informasi minat partisipan dari tes, saya kemudian melakukan uji korelasi antara minat mereka dengan jurusan kuliah yang sudah mereka pilih.
Hasilnya, 195 orang (atau 65% dari total partisipan) ternyata memilih jurusan kuliah yang tidak sesuai dengan minat mereka. Hal ini cukup membuat prihatin meskipun tidak terlalu mengejutkan. Meskipun kesesuaian jurusan kuliah dengan minat tidak menjamin kesuksesan di masa depan, namun jurusan kuliah yang sesuai dengan minat akan membuat mahasiswa lebih termotivasi dan bertanggung jawab terhadap studinya. Sayangnya, kekurangan dari penelitian ini adalah saya tidak sempat mewawancarai atau mengambil data tentang alasan mereka memilih jurusan kuliah tersebut. Apakah karena bingung memilih jurusan, mengikuti teman-teman, atau karena dorongan orangtua?
Well, presentasi hasil penelitian saya di Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini ternyata cukup mendapatkan apresiasi. Sesi tanya jawab pun bergulir seru. Dan di akhir sesi, saya mendapatkan informasi yang tidak saya duga-duga, saya mendapatkan predikat pemakalah terbaik! Saya cukup bangga karena lingkup dari seminar ini adalah internasional dan dihadiri oleh peneliti dari beberapa negara di Asia Tenggara (yang pasti ada adalah Malaysia).
Mungkin hal ini terjadi karena bidang penelitian saya sesuai dengan minat saya juga, sehingga meski penelitian yang saya lakukan sederhana, tetapi saya melakukannya dengan sepenuh hati :).
Sebuah pencapaian yang menyenangkan di awal tahun 2020. Dan sebagai pesan penutup, mari kita tingkatkan lagi kesadaran minat pada remaja agar mereka bisa memilih jurusan kuliah yang sesuai, guna memaksimalkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki.
Salam.