Q&A Pengalaman Kuliah Psikologi

Karena banyak yang suka DM saya di Instagram seputar kuliah psikologi, saya bikin list pertanyaan dan jawabannya di sini ya, mungkin ada yang membutuhkan:

1. Kuliah psikologi itu harus SMA IPA atau IPS?

IPA atau IPS bisa. Memang ada 1 atau 2 kampus yang hanya menerima lulusan SMA IPA untuk masuk psikologi, tetapi sekarang sebagian besar kampus (90% lebih) sudah menerima lulusan IPS.

Jawaban terbaik untuk pertanyaan ini adalah: tentukan mau kuliah di kampus mana, lalu hubungi kampus tersebut, terima lulusan IPA IPS atau IPA saja. Karena aturan ini berbeda-beda setiap kampus.

2. Kuliah psikologi boleh lulusan SMK atau tidak?

Nah ini sama seperti pertanyaan pada nomor 1. Sebenarnya beda kampus, beda aturan. Di kampus tempat saya kuliah dulu (Universitas Tarumanagara) harus lulusan SMA untuk masuk jurusan psikologi, tetapi di kampus tempat saya mengajar (Universitas Bunda Mulia) lulusan SMK pun bisa masuk jurusan psikologi, karena ada salah satu murid saya lulusan SMK Pariwisata.

Jadi, jawaban terbaik untuk pertanyaan ini adalah, hubungi kampus tempat kamu mau kuliah, tanyakan menerima lulusan SMK atau tidak. Karena setiap kampus beda-beda aturannya.

3. Kuliah psikologi itu susah atau tidak?

Ini relatif. Kalau saya pasti menjawabnya mudah, karena passion saya di psikologi. Tapi bagi sebagian orang, psikologi itu susah.

Menurut saya, psikologi itu mudah karena sebenarnya membahas diri kita sendiri. Kita akan belajar tentang proses berpikir, emosi, perasaan, perilaku, yang sebenarnya ujung-ujungnya adalah tentang diri kita sendiri. Karena tentang diri kita sendiri, belajarnya jadi menyenangkan, dan saya pun merasa mudah untuk mempelajarinya.

Menurut sebagian orang, psikologi itu susah. Analisis harus tajam dan mendalam, harus peka dengan berbagai macam faktor (psikologis, biologis, sampai sosial) yang berinteraksi dengan orang tersebut, observasi harus kuat, dll.

Tapi menurut saya, sepanjang kita suka dengan ilmu tersebut, kita pasti enjoy mempelajarinya 🙂

4. Kuliah psikologi itu tidak ada hitung-hitungan kan?

Nah ini yang suka salah kaprah. Banyak mahasiswa saya termotivasi untuk masuk jurusan psikologi karena menganggap tidak ada hitung-hitungan di jurusan psikologi. Padahal, psikologi termasuk ilmu yang mengandalkan statistik 🙂

Yes, di tahun pertama kuliah, kita akan belajar statistik. Banyak mahasiswa yang shock karena berasumsi kuliah psikologi itu tidak ada hitung-hitungannya. Tapi percaya deh, statistika psikologi itu sebenarnya mudah, jauh lebih mudah daripada pelajaran fisika di SMA.

Nanti di tahun kedua atau tahun ketiga, kita akan bertemu pelajaran psikometrika. Ini adalah mata kuliah yang hitungan banget dan biasanya banyak mahasiswa “stuck” di sini. Tetapi mahasiswa yang stuck biasanya adalah mahasiswa yang hanya memilih jurusan psikologi supaya tidak bertemu pelajaran matematika (padahal ada). Saya lihat mahasisaw yang benar-benar suka psikologi, bisa menghadapi mata kuliah psikometrika ini dengan baik.

Intinya, psikologi ada hitung-hitungan, tetapi tidak sesulit fisika SMA. Yang penting mau belajar dan menyimak penjelasan dosen, pasti lulus 🙂

5. Kuliah psikologi banyak pakai buku Bahasa Inggris ya?

Bukan psikologi saja sih, jurusan lain (kecuali jurusan Sastra Mandarin atau Sastra Jawa, dsb.) pasti bakal pakai banyak buku-buku dan artikel jurnal ber-Bahasa Inggris! Mengapa? Karena ilmu pengetahuan lebih cepat berkembang di negara-negara barat. Kalau kita belajar dari literatur Bahasa Inggris, maka ilmu kita akan lebih cepat updatenya.

Tapi tenang kok, dosen-dosen juga baik, biasanya mereka akan membantu kita dalam proses belajar dari buku-buku Bahasa Inggris tersebut. Biasa ada ringkasannya dalam Bahasa Indonesia atau sesi diskusi untuk mengonfirmasi apa yang sudah kamu pelajari.

Jadi jawabannya, iya. Tapi bukan hanya di jurusan psikologi, di jurusan lain juga gitu.

6. Aku mau kuliah psikologi, ada rekomendasi buku yang harus aku baca gak?

Ada! Yaitu buku Psikologi Positif karangan saya sendiri! Hahaha…

Narsis? Bukan! Buku “Psikologi Positif” memang saya susun sebagai sebuah buku yang ringan (tapi padat) dan aplikatif tentang psikologi. Isinya adalah berbagai macam pengetahuan tentang diri kita (mulai dari emosi, rasa kecewa, pesimisme, kesedihan, kebahagiaan, sampai mindfulness) yang saya tulis berdasarkan ilmu psikologi yang ilmiah (bukan pseudoscience atau ilmiah semu), lengkap dengan berbagai contoh kasus dan sampai ada latihannya.

Buku ini memang saya susun karena banyak yang mengirimkan DM ke IG saya seputar buku psikologi yang bagus dan bisa dibaca oleh orang awam. Saat ditanya itu, saya bingung mau merekomendasikan buku apa karena sebagian besar buku psikologi yang bagus itu isinya terlalu sulit bagi orang awam, dan jarang ada buku psikologi yang ringan, praktis, tapi tetap berkualitas tinggi.

Buku “Psikologi Positif” bisa diperoleh di toko buku Gramedia atau lewat akun Tokopedia ini (buat yang kepingin dianterin aja bukunya).

7. Kuliah psikologi itu tugasnya ngapain saja?

BANYAK! Hahaha…

Saya tidak bisa sebut semua, tetapi beberapa tugas yang saya nilai berkesan selama kuliah psikologi:

Saya pernah ditugasi ke Sentul (saya domisili di Jakarta) untuk mewawancarai atlet voli yang akan berangkat olimpiade. Wawancaranya adalah tentang bagaimana kesiapan mental mereka dalam bertanding. Ini seru banget karena kita harus berangkat pagi-pagi (kalau telat sedikit, mereka sudah mulai latihan dan tidak mau diganggu), bisa lihat langsung tempat latihan atlet, dan bisa ngobrol langsung. Ini tugas mata kuliah Psikologi Olahraga. Oh iya, dan proses wawancara ini tidak ditemani dosen alias kita berangkat sendiri, dosen hanya baca hasil laporannya (tapi ini justru yang bikin seru).

Tugas lainnya yang tak kalah seru adalah mata kuliah Metode Observasi. Saya ditugasi pergi ke mall, lalu memilih satu orang yang akan kita amati selama 30 menit. Kebetulan saya mendapat tugas mengobservasi ibu dan anak yang sedang makan di salah satu gerai fastfood. Awalnya agak canggung karena takut dianggap freak atau takut ketahuan, tetapi kalau kita sudah mengerti caranya, ternyata aman-aman saja. Nah, ada teman saya yang dapat tugas mengamati petugas penyobek tiket di pintu masuk studio bioskop, ini dia sampai didatangi satpam karena dianggap mencurigakan! Hahaha…

Yang pasti akan banyak tugas untuk mewawancarai, mengobservasi, atau meminta orang lain mengisi kuesioner; kemudian kita membuat laporannya. Seru, menantang, tetapi tetap menyenangkan!

8. Lulus psikologi bisa kerja apa?

Banyak yang mengira lulus S1 bisa jadi psikolog, padahal belum… Untuk menjadi psikolog, kamu harus lulus S1 dan S2 psikologi, lalu ikut ujian Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia).

Tapi bukan berarti lulusan S1 psikologi tidak bisa kerja, bisa kok, misalnya:

  • Praktisi HR: kamu bisa kerja di kantor sebagai staf HRD. Tugas seorang praktisi HRD adalah melakukan rekrutmen dan seleksi karyawan baru, mengurus personalia (absensi, kedisiplinan karyawan, dsb.), sampai merancang training untuk karyawan. Nantinya kamu bisa jadi supervisor, manager, bahkan sampai direktur.
  • Konselor: kamu bisa kerja di sekolah sebagai konselor, atau kadangkala disamakan dengan guru BK. Sebagai konselor, tentu tugas kamu adalah membantu siswa-siswa yang mengalami masalah agar mereka bisa mengatasi masalahnya. Ini seru banget.
  • Asisten psikolog: kamu bisa juga kerja di pusat layanan psikologi (biro) tertentu, kemudian bekerja sebagai asisten psikolog. Misalnya, membantu psikolog melakukan assessment, melakukan anamnesa, sampai membantu psikologi memberikan konseling maupun intervensi psikologi.

Yang pasti, bidang kerja lulusan psikologi itu banyak, karena selagi masih ada manusia, psikologi pasti masih berguna 🙂

Well, itu saja list Q&A-nya. Mungkin kalau ada tambahan lagi, akan saya masukan. Be happy! 🙂

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *